Ada
seorang saleh yang mempunyai kedekatan dengan seorang raja. Hampir
setiap hari ia datang ke istana untuk memberikan nasehat-nasehat kepada
sang Raja, yang tidak pernah bosan mendengarkan walau terkadang ia
mengulang beberapa kali nasehatnya tersebut. Hal ini bisa terjadi karena
ia memang sangat tulus ikhlas, tidak ada pretensi (pamrih) apapun,
khususnya keduniaan. Salah satu nasehat yang sering diulang-ulangnya
adalah, “Berbuatlah kebaikan kepada orang yang berakhlak baik, karena
orang yang berbuat dan berakhlak jahat akan binasa oleh kejahatannya
sendiri!!”
Ternyata
ada orang yang tidak suka, bahkan hasud dengan kedekatannya dengan sang
raja. Ia selalu mencari jalan bagaimana bisa memisahkan orang saleh
tersebut dengan raja, bahkan kalau mungkin membinasakannya. Setelah
menyusun rencana yang matang, ia datang menghadap raja dan berkata,
“Wahai sang raja, sesungguhnya orang saleh yang selalu mendatangi engkau
itu mengatakan kepada orang-orang di sekitarnya bahwa bau mulutmu
sangat busuk!!”
“Apa benar seperti itu?” Tanya sang raja, setengah tidak percaya.
Lelaki
penghasud itu berkata lagi, “Kalau tuan raja tidak percaya, jika besok
ia menghadap kesini, perintahkanlah ia untuk mendekat, niscaya ia akan
menutup hidung dan mulutnya!!”
Sepertinya sang raja termakan oleh hasudannya, dan berkata, “Pulanglah engkau, aku akan mengecek kebenaran ucapanmu itu!!”
Keesokan
harinya, pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke istana raja, orang saleh
tersebut diundang ke rumah si lelaki penghasud. Setelah memberikan
nasehat-nasehat yang diminta, orang saleh itu disuguhi hidangan dan
dipersilahkan memakannya. Ternyata si penghasud telah membubuhkan banyak
sekali bawang putih dalam masakan tersebut, sehingga mulut si orang
saleh itu berbau tidak sedap, bau bawang putih yang menyengat.
Orang
saleh itu segera berpamitan karena ia mempunyai janji untuk menemui
raja setiap harinya. Ia tidak punya waktu untuk bisa menghilangkan bau
mulutnya itu, dan menghadap raja dalam keadaan seperti itu. Ketika ia
bersiap menyampaikan nasehat-nasehat, tidak seperti biasanya tiba-tiba
sang raja memanggilnya mendekat untuk duduk berhadapan, tetapi hal itu
telah diperhitungkan dengan matang oleh sang penghasud. Karena takut bau
mulutnya akan mengganggu sang raja, ia menutup mulutnya, bahkan sambil
memberikan nasehatnya, ia tetap menutup mulutnya dengan tangannya.
Melihat sikap orang saleh tersebut, raja jadi membenarkan ‘laporan’ dari lelaki penghasud. Sebelum pulang, sang raja menulis surat pada salah seorang pembesarnya yang juga salah seorang algojonya. Raja berkata dalam suratnya itu, “Jika surat ini telah engkau terima, hendaklah engkau membunuh dan menguliti pembawa surat ini!! Setelah itu hendaknya engkau kirimkan lagi kepadaku, kepala dan kulitnya sebagai bukti engkau telah melaksanakan tugas!!”
Setelah diberi amplop tertutup dan disegel dengan cap kerajaan, surat
itu diserahkan kepada orang saleh itu dan diperintahkan untuk
membawanya kepada pembesarnya di suatu tempat. Orang saleh itu menerima surat
itu tanpa curiga sama sekali, dan segera berangkat menuju tempat yang
diperintahkan. Lelaki penghasud yang masih terus mengikuti dan
mengawasinya terkejut ketika melihat ia masih hidup, bahkan membawa surat
dengan amplop khusus dari sang raja. Orang yang memperoleh amplop
seperti itu biasanya memperoleh hadiah dan pemberian yang sangat
berharga dari raja. Karena memang mempunyai sifat dan watak hasud (sifat
iri dan tidak senang jika orang lain mendapat kenikmatan, dan
menginginkan hilangnya kenikmatan tersebut), ia menghampiri orang saleh
itu dan berkata, “Apakah surat itu?”
Orang saleh itu berkata, “Surat ini ditulis sendiri oleh raja, dan aku diperintahkan untuk mengantarkannya!!”
“Berikanlah kepadaku!!” Kata si penghasud itu.
Orang saleh itu mencoba bertahan bahwa itu adalah tugasnya, tetapi si penghasud memaksa, sehingga ia menyerahkan surat itu kepadanya. Si penghasud segera berlalu menuju tempat tinggal pembesar yang ditunjukkan. Setelah menyerahkan surat
tersebut, ia menunggu dengan gembira dan menebak-nebak, hadiah apa yang
akan diterimanya. Tetapi tanpa disangka-sangka, pembesar itu
memerintahkan para prajurit untuk menangkap dan mengikatnya, sambil
berkata, “Dalam surat ini, raja memerintahkan untuk membunuh orang yang membawa surat ini, kemudian memenggal dan mengulitinya!!”
Seketika pucat pasi wajah si penghasud itu, ia berusaha berontak dan berkata, “Sesungguhnya surat itu bukan untukku. Ijinkanlah aku untuk menghadap dan menyampaikan hal ini pada raja!!”
Sang
pembesar tidak menghiraukan ucapannya, pemberontakannya hanya sia-sia
belaka karena para prajurit itu begitu kuat memeganginya. Sang pembesar
berkata, “Surat raja tidak bisa dibantah, dan perintah raja harus segera dilaksanakan!!”
Ia
segera disembelih, dipancung kepalanya dan dikuliti kemudian dikirimkan
ke raja. Ketika raja menerimanya, ia terkejut karena bukan kepala orang
saleh itu. Ia memerintahkan prajurit untuk mendatangkan orang saleh itu
ke hadapannya. Ketika telah ia tiba dan ia sama sekali tidak tahu bahwa
si penghasud telah mati dipancung, sang raja berkata, “Mengapa engkau
tidak mengantarkan sendiri surat itu seperti perintahku??
Orang saleh itu menceritakan semua yang dialaminya, dan meminta maaf atas keteledorannya sehingga menyerahkan surat itu pada orang lain. Raja berkata lagi, “Benarkah engkau berkata kepada orang-orang bahwa bau mulutku sangat busuk??”
“Astaghfirullah, tidak benar seperti itu, wahai raja!!”
“Tetapi mengapa engkau menutup mulutmu ketika engkau kuperintahkan mendekat kepadaku!!”
Orang
saleh itu menceritakan peristiwa yang dialaminya sebelum ia menghadap
raja pagi hari itu. Raja mengangguk-anggukan kepalanya mulai mengerti
duduk perkaranya, kemudian ia berkata, “Benar sekali ajaran dan
nasehatmu, orang jahat itu akan binasa karena kejahatannya sendiri!!”
0 Response to "Hasudnya Mencelakakan Dirinya Sendiri "
Post a Comment