Dalam Alquran ditemukan beberapa ayat dengan variasi beragam yang
diawali dengan “in nallaha laa yuhibbu” (sesungguhnya Allah tak suka).
Dengan
tegas Allah SWT menyatakan ketidaksukaan kepada karakter-karekter
negatif dan destruktif. Seperti al-mufsidin (merusak, QS [5]: 64),
azh-zhalimin (zalim, [3]: 140), al-musrifin (berlebihan, [6]:141),
al-mu’tadin (melampaui batas, [2:190]), al-mustakbirin (menyombongkan
diri, [16]:23), kaffarin atsiim (kufur lagi bergelimang dosa, [2]: 276),
khawwanin atsima (berkhianat dan berlumur dosa, [4]: 107), khainin
(penghianat, [8]: 58), dan mukhtalan fakhura (sombong dan membanggakan
diri, [4]: 36, [31]: 18, [57]: 23).
Dalam Tafsir Al-Azhar, Prof Dr Buya Hamka menjelaskan makna kata mukhtalan fakhura.
Mukhtal artinya melagak, menyombong, merasa seakan-akan dunia ini dia
yang punya. Bumi serasa dilangkahi, langit serasa dipersunting, awak
merasa tinggi benar, hina dan mulia tak dikenal, tua dan muda tak
disapa. Itulah sombong sikap hidup.
Sementara fakhur adalah cakap
yang sombong, perkataan yang selalu meninggi, memandang rendah orang
lain, seakan-akan diri tak ada tandingan. Bercakap tinggi, membanggakan
diri, menyebut bahwa dia paling pintar atau gagah berani atau si anu
pernah dibantunya dan membanggakan keturunan, nenek moyang, kabilah, dan
suku.
Dalam Surah An-Nisa’ ayat 36-38 disebutkan empat karakter
buruk dari mukhtalan fakhura. Pertama, orang-orang yang kikir dan
menyuruh orang berbuat kikir. Bakhil adalah kesombongan, baik kepada
Allah SWT yang telah memberi karunia maupun kepada manusia (QS [57]:
24).
Sifat ini adalah kemusyrikan stadium awal karena
menyekutukan Allah dengan harta benda. Kebakhilan muncul dalam diri
manusia karena terlalu mencintai harta melebihi cintanya kepada Tuhan.
(QS [100]: 6-8) dan menumpuk harta (QS [102]: 1). Kedua, menyembunyikan
karunia Allah.
Seseorang yang bakhil akan menutupi kenikmatan
yang diperolehnya dan tidak ingin diketahui orang lain. Orang-orang yang
terserang penyakit berbahaya ini, hidupnya akan menderita hingga akhir
hayat. Sebab, setiap karunia yang diterimanya tak pernah disyukuri dan
dibagikan untuk orang lain (QS [93]: 11). Orang bakhil itu termasuk
kufur nikmat (QS [4]: 37).
Ketiga, orang-orang yang menginfakkan
hartanya karena riya kepada orang lain (ingin dilihat dan dipuji). Riya
juga merupakan kemusyrikan, yakni menyekutukan Allah dengan manusia. Ia
mengeluarkan zakat, infak, sedekah dan wakaf, serta shalat dan puasa
karena ingin dipuji dan dikatakan dermawan. (QS [2]: 264).
Keempat,
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Ketiga
golongan tersebut di atas, akan tampak dari sikap dan perbuatannya.
Meskipun menjalankan syariat Islam, mereka tidak beriman kepada Allah
dan hari akhir. Sekiranya beriman kepada Allah dan hari akhir, tentu
mereka tidak bakhil atau riya.
Dalam keseharian, mereka yang
mengidap keempat penyakit hati ini akan membanggakan diri dan pongah (QS
[31]: 18). Hal tersebut disebabkan mereka berteman dengan setan (QS
[4]: 38). Manusia tak suka dan Allah pun tak suka. Wallahu a’lam.
0 Response to "Manusia yang tak Disukai Allah"
Post a Comment