KHUTBAH GERHANA BULAN



Khutbah Sholat Khusuf – Gerhana Bulan 

لْحَمْدُ لله الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إله إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ قَالَ الله تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Ma’asyiral muslimin, jamaah shalat gerhana bulan rahimakumullaah

Dulu di zaman jahiliyah, orang-orang menyembah matahari dan bulan. Allah Ta’ala berfirman,

وَمِنْ آَيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak sembah.” (QS. Fushilat: 41)
Di zaman jahiliyah dahulu juga terdapat anggapan ketika terjadi gerhana matahari atau bulan, itu terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Dan memang dahulu terjadi gerhana di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena kematian anaknya, Ibrahim. Jadi orang-orang mengira gerhana itu terjadi karena kematian anaknya. Itulah keyakinan jahiliyah yang masih ada dahulu. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ
Matahari dan bulan adalah di antara tanda yang membuktikan kebesaran Allah. Gerhana itu muncul bukan karena sebab kematian seseorang”.[1] Ketika terjadi gerhana, Allah ingin menakuti hamba-hamba-Nya. Terjadinya gerhana bukanlah karena kematian seseorang. Allah hanya ingin menakuti hamba-Nya kala itu. Ketika gerhana itu terlihat, maka segeralah shalat dan berdo’alah sampai gerhana tersebut berakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ
Matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Kedua gerhana tersebut tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang.” (HR. Bukhari no. 1060 dan Muslim no. 904). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini mengingkari aqidah jahiliyah yang keliru ketika terjadinya gerhana matahari dan bulan. Dan hendaklah ketika terjadinya gerhana tadi, setiap orang shalat dan perbanyak do’a kala itu sampai gerhana berakhir.
Gerhana di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah sekali terjadi di Madinah setelah hijrah. Ketika itu beliau keluar dengan rida’ (selendang) dengan penuh khusyu’ dalam keadaan takut pada Allah Ta’ala. Keadaan beliau kala itu seakan-akan terjadi kiamat. Perlu diketahui bahwa tidak ada yang mengetahui hari kiamat selain Allah Ta’ala. Beliau kemudian shalat bersama para sahabatnya, yaitu shalat kusuf (shalat gerhana). Beliau memperpanjang bacaan, ruku’ dan sujudnya. Lama bacaan beliau seperti sedang membaca surat Al Baqarah. Setelah membaca surat, lalu beliau ruku’ dengan ruku’ yang panjang seperti berdiri. Setelah ruku’, (beliau tidak langsung sujud) namun melanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang yang lebih ringan dari yang pertama. Lalu setelah itu beliau ruku’ dengan ruku’ yang lebih ringan dari yang pertama. Setelah itu beliau melakukan dua kali sujud. Kemudian beliau berdiri dan melanjutkan raka’at kedua sama dengan cara pada raka’at pertama namun dengan tata cara yang lebih ringan. Kemudian setelah selesai raka’at kedua (seperti shalat lainnya), beliau salam. Gerhana pun selesai, lantas beliau pun memberikan nasehat pada para sahabatnya. Beliau memberi nasehat sesuai kondisi saat itu.

Intinya di atas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat sebanyak dua raka’at. Setiap raka’at terdapat 2 kali ruku’ dan 2 kali sujud. Jadi keseluruhan raka’at shalat gerhana terdapat 4 kali ruku’ dan 4 kali sujud. Demikianlah tata cara shalat gerhana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan inilah riwayat yang shahih yang lebih kuat dari riwayat lainnya. Namun memang ada berbagai riwayat yang menerangkan shalat kusuf (gerhana). Akan tetapi, yang tepat adalah shalat gerhana yang beliau lakukan cuma sekali. Sehingga tidak mungkin kita katakan kadang beliau melakukan cara yang ini dan waktu lain beliau melakukan cara yang lain lagi. Ingatlah bahwa beliau hanya shalat gerhana sekali saja, sehingga tata cara yang menerangkan shalat gerhana hanyalah satu. Tata cara yang lebih tepat adalah seperti yang diterangkan dalam hadits yang telah kami sebutkan. Siapa yang telah melakukan seperti itu, maka alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah.
Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang yang malah ketika terjadinya gerhana, mereka menanti-nanti datangnya gerhana di padang pasir dan meninggalkan shalat gerhana. Ini sungguh perbuatan orang bodoh dan tanda kurangnya iman mereka. Padahal mereka bisa saja shalat.
Perlu dipahami bahwa boleh saja gerhana ini tanda awal-awal datangnya musibah. Perlu dipahami, siapa yang mampu membuat sinar matahari akan terus bersinar, begitu pula dengan rembulan? Siapa pula yang bisa menjamin bahwa sinar matahari yang tertutup tadi bisa kembali, begitu pula rembulan? Bukankah jika sinar keduanya itu hilang menandakan hari kiamat? Bukankah bisa jadi peristiwa ini adalah awal-awal datangnya adzab? Nas-alullaha al ‘afiyah (kita meminta pada Allah keselamatan).
Seorang muslim tentu tidak bisa campur tangan dalam hal-hal tadi, namun ia hanya bisa tunduk dan pasrah serta beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Para pakar memang bisa memperkirakan kapan gerhana itu datang, dapat diketahui dengan perhitung-perhitungan ketika melihat pergerakan bulan dan matahari. Hal ini dapat dikenal dari ilmu falak. Namun hal ini tidaklah menghalangi manusia untuk shalat sebagaimana diperintahkan. Gerhana juga menandakan bahwa sesuatu bisa berubah dengan kehendak Allah, Dia-lah yang menjadikan gerhana tersebut ada.
Ringkasnya, kita wajib yakin, patut, dan takut pada Allah saat keadaan seperti ini. Dan sekali lagi perlu dipahami bahwa gerhana adalah di antara tanda-tanda kiamat. Perlu diketahui bahwa setelah nabi berhijrah, gerhana hanya terjadi sekali, itu baru terjadi selama 10 tahun. Coba lihat sekarang, gerhana terjadi setiap tahun, yaitu terjadi gerhana matahari dan bulan silih berganti. Ini semua dengan kehendak Allah demi menakut-nakuti hamba-Nya. Nas-alullaha as salaamah wal ‘afiyah (kita meminta pada Allah keselamatan).
Namun ada sebagian orang yang menyangka terjadinya gerhana hanyalah peristiwa alamiah karena perputaran matahari dan bulan saja. Lalu mereka nyatakan bahwa yang meyakini gerhana itu terjadi karena Allah ingin menakut-nakuti hamba-Nya sehingga diperintahkan shalat (gerhana), itu hanyalah anggapan khurofat. Sungguh mereka yang menyatakan semacam ini, berarti mengutarakan sesuatu kekufuran, tidak lain dan tidak bukan itu adalah pernyataan kufur. Masa’ mereka menyatakan ini khurofat? Dan ini berarti menyatakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebarkan khurofat? Kita berlindung pada Allah dari pemahaman sesat semacam itu. Lihatlah bagaimana yang mengutarakan pernyataan sesat di atas benar-benar telah tertipu dan benar-benar bodoh.
Kita mohon pada Allah keselamatan dan moga kita dihilangkan dari berbagai kejelekan. Semoga Allah menganugerahkan pada kita taubat yang ikhlas, dan moga Allah beri kita taufik dalam perkataan dan perbuatan.

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أما بعد: فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاثُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Jamaah shalat gerhana yang berbahagia
Allah SWT yang menciptakan matahari dan bulan dan mengatur keduanya untuk maslahat manusia. Dia berfirman,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, agar kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)
Matahari dan bulan diperintah oleh Allah SWT dan ditaqdirkan-Nya. Dia yang menjadikan keduanya sebabagai sebab terjadinya malam dan siang serta gelap dan terang. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur. (Terj. QS. Al Furqan: 62)

Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari peristiwa gerhana:

  1. Sebagai salah satu tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ‘Azza wa Jalla. Jika yang demikian mudah bagi Allah, maka lebih mudah lagi bagi-Nya menghidupkan manusia yang telah mati untuk diberi-Nya pembalasan.

  1. Untuk menakut-nakuti manusia agar mereka kembali kepada-Nya dan berhenti dari berbuat maksiat serta mengisi hidupnya di dunia dengan amal yang saleh. Allah SWT berfirman, “Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (Terj. QS. Al Israa': 59)
  2. Terdapat bukti bahwa matahari, bulan dan alam semesta ini diatur oleh Allah SWT, dan bahwa semua itu tidak berhak untuk disembah. Allah SWT berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah sembah matahari maupun bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya, jika Dialah yang kamu sembah.” (QS. Fushshilat: 37)
  3. Sebagai permisalan terhadap hal yang akan terjadi pada hari kiamat, dan bahwa hal itu mudah bagi Allah Azza wa Jalla.
  4. Menunjukkan kuasanya Allah menimpakan hukuman kepada orang-orang yang kufur dan durhaka kepada-Nya.
  5. Dan mungkin masih banyak hikmah-hikmah yang lain yang bisa dipetik atas peristiwa gerhana.

Jamaah shalat gerhana yang berbahagia
Rasulullah Saw bersabda,
« إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَصَلُّوا » .
“Sungguh, tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan terkait kematian atau lahirnya seseorang, melainkan, keduanya merupakan tanda-tanda kebesaran Allah. Apabila kalian melihatnya, maka laksanakanlah shalat.” (HR. Bukhari)

Gerhana merupakan tanda kekuasaan Allah sebagaimana peristiwa alam yang lain: gempa bumi, angin kencang, halilintar, hujan deras dan yang lainnya. Itu semua adalah peringatan bagi manusia agar manusia kembali kepada Allah Swt.
Oleh karena itu, saat terjadi gerhana Rasulullah Saw memerintahkan orang-orang ketika itu untuk melaksanakan shalat, berdoa, berdzikr, beristighfar, bersedekah, dan melakukan amal saleh lainnya.

Jamaah shalat gerhana yang berbahagia
Ketika terjadi gerhana ada beberapa sikap yang perlu dilakukan, di antaranya adalah:
  1. Memiliki rasa takut kepada Allah Ta’ala.
  2. Memikirkan siksaan Allah kepada orang-orang yang berbuat maksiat.

Dalam hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha disebutkan bahwa Nabi Saw dalam khutbahnya seusai shalat kusuf bersabda,

« مَا مِنْ شَىْءٍ كُنْتُ لَمْ أَرَهُ إِلاَّ قَدْ رَأَيْتُهُ فِى مَقَامِى هَذَا حَتَّى الْجَنَّةَ وَالنَّارَ ، وَلَقَدْ أُوحِىَ إِلَىَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُونَ فِى الْقُبُورِ ….”

“Tidak ada satu pun yang belum pernah aku lihat kecuali sekarang aku melihatnya, di tempatku ini, sampai surga dan neraka. Telah diwahyukan kepadaku bahwa kalian akan diuji ketika di kubur… dst.” (HR. Bukhari)
Pada saat itu diperlihatkan kepada Beliau surga dan neraka. Beliau juga diperlihatkan siksaan yang menimpa penghuni neraka, dilihatnya seorang wanita yang disiksa karena mengurung seekor kucing tanpa memberinya makan dan minum, dilihatnya ‘Amr bin Malik bin Luhay menarik ususnya di neraka, dimana dia adalah orang pertama yang merubah agama Nabi Ibrahim as, dia yang membawa berhala kepada orang-orang Arab sehingga mereka menyembahnya.

Beliau juga bersabda:
وَاللهِ لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيْلاً، وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيْرًا
“Demi Allah, kalau sekiranya kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
  1. Melakukan shalat Gerhana.
  2. Bersegera untuk berdzikir, berdoa, beristighfar, bertakbir, melakukan berbagai amal saleh, melakukan shalat, dan berlindung dari azab kubur dan azab neraka.
Rasulullah Saw bersabda,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ، فَاذْكُرُوا اللهَ، وَكَبِّرُوْا، وَصَلُّوْا، وَتَصَدَّقُوْا
“Apabila kalian melihat gerhana, maka segeralah dzikrullah, bertakbir, shalat dan bersedekah.” (HR. Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i)

Demikianlah adab-adab yang diajarkan Nabi kita Muhammad Saw ketika terjadi gerhana. Dengan ini, mudah-mudahan kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diberi petunjuk dan perlindungan oleh Allah Swt di dunia maupun di akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KHUTBAH GERHANA BULAN"

Post a Comment