HIDUP BAHAGIA DENGAN IBADAH DAN DO’A BAGIAN 2
Oleh : Akhmad Ali Khasanudin, S.Pd
2.
Hidup Bahagia dengan Do’a
Setelah
mendapatkan kebahagiaan diri dengan ibadah, tampaknya tidaklah lengkap hidup
ini setelah kita melaksanakan ibadah kecuali dengan berdoa dan bermunajat kepada
Allah SWT; dengan memohon segala keinginan kita yang begitu banyak dan beragam.
Oleh karena itulah Allah SWT mensandingkan ibadah dengan permohonan dalam satu
ayat, agar hendaknya setiap orang yang telah menunaikan ibadah tidak lupa
berdoa kepada-Nya, baik dalam bentuk permohonan agar dikabulkan segala
permintaan, agar diberikan perlindungan serta diterimanya ibadah yang telah
kita lakukan.
Doa, adalah suatu kata yang
sudah sangat kita kenal, bahkan mungkin kita sudah mengetahuinya sejak kita
berada di dalam kandungan ibu. Doa juga selalu menjadi pegangan setiap orang di
kehidupan ini, dan memang seharusnya demikian adanya. Kita tidak mungkin melupakan
doa di dalam hidup kita.
Doa adalah inti ibadah,
senjata orang beriman, pengubah takdir, dan kunci terbukanya pertolongan serta
sarana untuk membahagiakan diri dalam menghadapi berbagai kondisi.Begitupan doa
adalah obat dan ibadah, bukti pengakuan seorang hamba kepada pencipta-Nya.
Bukti bahwa manusia tidak memiliki satu kekuatan apapun. Doa juga sebagai satu
cara untuk mendekatkan diri kepada Allah serta menyembuhkan hati dari keraguan
dan kesedihan serta penyakit, membuka pintu rezki, dan memberikan keberkahan
dalam hidup bahkan dalam setiap sesuatu.
Dan doa juga merupakan sebuah pengakuan akan kelemahan diri di hadapan Allah SWT, sehingga kita merasa selalu membutuhkan-Nya kapan pun dan dimana pun. Sementara itu, orang yang tidak mau berdoa, maka dianggap tidak membutuhkan Allah dan disebut sebagai orang yang sombong. Padahal tidak ada gerakan pun yang mampu dilakukan olehnya; nafas yang keluar dari dalam tubuhnya, dan lain sebagainya melainkan dari Allah SWT semata.
Dalam Al-Quran disebutkan:
Dan doa juga merupakan sebuah pengakuan akan kelemahan diri di hadapan Allah SWT, sehingga kita merasa selalu membutuhkan-Nya kapan pun dan dimana pun. Sementara itu, orang yang tidak mau berdoa, maka dianggap tidak membutuhkan Allah dan disebut sebagai orang yang sombong. Padahal tidak ada gerakan pun yang mampu dilakukan olehnya; nafas yang keluar dari dalam tubuhnya, dan lain sebagainya melainkan dari Allah SWT semata.
Dalam Al-Quran disebutkan:
فَاذْكُرُونِي
أَذْكُرْكُمْ
“Berdzikirlah
kepada-Ku, niscaya Aku berdzikir kepadamu”. (Al-Baqarah:152)
Lalu dalam ayat lain, disebutkan:
أُجِيبُ
دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Aku
mengabulkan permohonan orang yang meminta kepada-Ku. Maka hendaklah mereka
memenuhi permintaan-Ku, dan beriman kepada-Ku.
Doa adalah satu mata rantai
ibadah yang berkesinambungan. Doa bukan hanya sekadar “lafal atau ucapan” lalu
selesai setelah diucapkan, tetapi merupakan “laku hidup”. Laku berarti
“berjalan”, berjalan berarti bergerak, berkesinambungan dan tidak akan berhenti.
Ini adalah siklus atau mata rantai dan inilah sebenarnya makna yang tersembunyi
dari ibadah.
Tujuan dari ibadah; shalat
dan dzikir adalah amar ma’ruf nahi mungkar. Makna tersembunyi padahal yang
utama adalah “menabung” di akhirat. Kita perlu rumah di akhirat, dan rumah itu
adalah “surga”. Bagaimana kita mau memiliki sebuah rumah, jika kita tidak
pernah membuatnya? Pondasi, tembok, kamar tidur, dan atap, bahkan taman, perlu
dibuat sedikit demi sedikit. Nah, shalat dan dzikir serta aplikasi dalam kehidupan
sehari-hari itu adalah “proses” pembuatan sebuah rumah yang indah itu.
Membuat sebuah rumah di dunia saja membutuhkan banyak biaya, waktu dan pengorbanan. Demikian juga membangun sebuah rumah impian di surga, betapa besar dan berat godaan itu menerpa. Mengendalikan hawa nafsu duniawi, emosi dan sebagainya.
Membuat sebuah rumah di dunia saja membutuhkan banyak biaya, waktu dan pengorbanan. Demikian juga membangun sebuah rumah impian di surga, betapa besar dan berat godaan itu menerpa. Mengendalikan hawa nafsu duniawi, emosi dan sebagainya.
Ada banyak ragam dalam
berdoa. Salah satunya dengan dzikir menyebut Asma Allah atau sering disebut
Asmaul Husna (nama terbaik Allah). Dalam surah Al-A’raf ayat 180 dijelaskan
bahwa
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا
“
Hanya milik Allah asmaul husna maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaul husna itu “.
Asmaul al husna terdiri dari 99 nama, seperti yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
لِلَّهِ
تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ اسْمًا مِائَةٌ إِلَّا وَاحِدًا لَا يَحْفَظُهَا أَحَدٌ
إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, seratus kurang satu
dan apabila dihafal oleh seseorang, dia akan masuk surga. Karena Allah itu
ganjil dan suka yang ganjil”.
Ketika doa tak kunjung terkabul
Ketika doa tak kunjung terkabul
Sering kita merasa lelah
dalam berdoa, rasanya apa yang kita pinta tak kunjung dikabulkan. Sebenarnya di
dalam Qur’an, Allah sudah menjanjikan bahwa setiap doa akan dikabulkan. Hanya
saja kita tidak tahu, dalam bentuk apa wujud terbaik dari terkabul nya doa
kita, dan juga kapan doa itu dikabulkan.
Dalam hal ini ada dua kisah menarik; Yang pertama, kisah Tsa’labah. Dia seorang miskin yang minta kepada Rasulullah saw untuk didoakan agar menjadi kaya (di sini ada pelajaran bahwa minta di doakan orang lain adalah boleh, juga bahwa bisa jadi doa sekelompok orang lebih makbul karena suatu kondisi istimewa tertentu). Rasulullah sempat menolak dua kali. Karena Tsa’labah terus mendesak, akhirnya pada permintaan ke tiga dia di doakan. Bukan Rasulullah yang menjadikan Tsa’labah kaya, tapi beliau hanya turut mendoakan. Alkisah, ternak kambing Tsa’labah mendadak berkembang biak dengan sangat cepat (pelajaran berikutnya: uang tidak turun dari langit, jadi tetap ada usaha, dalam hal ini Tsa’labah punya bibit modal kaya yaitu ternak kambing). Tsa’labah kemudian menjadi kaya. Saking banyaknya ternak dia, maka dia menggembala hingga keluar kota. Akibatnya dia sering terlambat shalat Jum’at, bahkan akhirnya tidak shalat Jum’at.
Kisah Tsa’labah berakhir menyedihkan. Dimulai saat Tsa’labah tidak membayar zakat, yang menyebabkan Rasulullah tidak mau menemui Tsa’labah hingga wafatnya Rasulullah. Kemudian Abu Bakar dan Umar sebagai khalifah berikutnya juga tidak mau menerima zakat dari Tsa’labah. Akhirnya Tsa’labah mati merana di masa Umar.
Kisah kedua lebih mengagumkan. Inilah kisah Ayyub a.s. seorang rasul. Dia seorang kaya yang sangat bersyukur kepada Tuhannya. Kemudian dia diuji dengan kehancuran fisik. Ayyub adalah seorang kaya dermawan yang shalih. Dikisahkan bahwa Allah menguji Ayyub dengan kehilangan semua miliknya, terutama harga diri yang direndahkan serendah-rendahnya. Rumahnya roboh, anak-anaknya mati. Ayyub diuji dengan penyakit kulit yang menjijikan hingga tubuhnya berbau busuk. Hartanya ludes untuk pengobatan. Istri-istrinya minta cerai. Hanya satu istrinya yang masih setia, Siti Rahmah. Ayyub diusir oleh penduduk hingga menyepi di luar desa. Hanya Siti Rahmah saja yang setia mengirimkan bekal untuk Ayyub. (pelajaran : bahkan kehancuran sesorang pun bisa merupakan bukti kecintaan Allah pada hambanya, sesuatu yang mungkin sangat membingungkan secara logika manusia). Yang mengagumkan, Ayyub berdo’a tak putus-putus hingga 17 tahun!
Lalu Allah berkenan mencabut ujian untuk Ayyub. Dengan air yang memancar di dekat saung tempatnya beribadah, penyakit kulit Ayyub sirna. (pelajaran berikutnya: semua tabib yang hebat hanyalah perantara yang tidak bisa memberikan obat buat Ayyub. Ternyata Allah menurunkan obat untuk Ayyub hanya berbentuk air yang memancar dekat tempatnya berdoa.)
Kisah-kisah tersebut nyata telah terjadi di masa lampau. Bukan kisah fiktif, bukan dongeng, namun benar-benar kisah nyata. Masih banyak kisah lain yang memberikan berbagai contoh tentang bagaimana doa, wujud terkabulnya doa, dan baik buruk suatu permintaan.
Kalau merasa do’a tak kunjung terkabul, sudah berapa lamakah Anda berdo’a? Sudah 17 tahunkah?
Tetapi, ada sebagian dari kita, yang merasa bahwa doa yang dia panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kok tidak pernah dikabulkan. Padahal mereka ini selalu berdoa di setiap langkah kehidupannya.
Pasti di setiap doa kita, selalu meminta kepada Allah; rejeki yang melimpah, agar kita bisa hidup enak dan bahagia. Dan, ternyata itu tidak pernah terjadi. Mengapa? Masih banyak orang yang merasa, bahwa betapa sulitnya mereka mencari rezki untuk kehidupannya sendiri. Sangat banyak di antara kita, yang kebingungan mencari cara untuk memperoleh rezki. Bekerja dengan sangat keras, semata-mata untuk mendapatkan uang dalam jumlah banyak, tetapi tetap saja hanya memperoleh sangat sedikit, atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.
Allah Pasti Mengabulkan Doa Setiap Orang
Dalam hal ini ada dua kisah menarik; Yang pertama, kisah Tsa’labah. Dia seorang miskin yang minta kepada Rasulullah saw untuk didoakan agar menjadi kaya (di sini ada pelajaran bahwa minta di doakan orang lain adalah boleh, juga bahwa bisa jadi doa sekelompok orang lebih makbul karena suatu kondisi istimewa tertentu). Rasulullah sempat menolak dua kali. Karena Tsa’labah terus mendesak, akhirnya pada permintaan ke tiga dia di doakan. Bukan Rasulullah yang menjadikan Tsa’labah kaya, tapi beliau hanya turut mendoakan. Alkisah, ternak kambing Tsa’labah mendadak berkembang biak dengan sangat cepat (pelajaran berikutnya: uang tidak turun dari langit, jadi tetap ada usaha, dalam hal ini Tsa’labah punya bibit modal kaya yaitu ternak kambing). Tsa’labah kemudian menjadi kaya. Saking banyaknya ternak dia, maka dia menggembala hingga keluar kota. Akibatnya dia sering terlambat shalat Jum’at, bahkan akhirnya tidak shalat Jum’at.
Kisah Tsa’labah berakhir menyedihkan. Dimulai saat Tsa’labah tidak membayar zakat, yang menyebabkan Rasulullah tidak mau menemui Tsa’labah hingga wafatnya Rasulullah. Kemudian Abu Bakar dan Umar sebagai khalifah berikutnya juga tidak mau menerima zakat dari Tsa’labah. Akhirnya Tsa’labah mati merana di masa Umar.
Kisah kedua lebih mengagumkan. Inilah kisah Ayyub a.s. seorang rasul. Dia seorang kaya yang sangat bersyukur kepada Tuhannya. Kemudian dia diuji dengan kehancuran fisik. Ayyub adalah seorang kaya dermawan yang shalih. Dikisahkan bahwa Allah menguji Ayyub dengan kehilangan semua miliknya, terutama harga diri yang direndahkan serendah-rendahnya. Rumahnya roboh, anak-anaknya mati. Ayyub diuji dengan penyakit kulit yang menjijikan hingga tubuhnya berbau busuk. Hartanya ludes untuk pengobatan. Istri-istrinya minta cerai. Hanya satu istrinya yang masih setia, Siti Rahmah. Ayyub diusir oleh penduduk hingga menyepi di luar desa. Hanya Siti Rahmah saja yang setia mengirimkan bekal untuk Ayyub. (pelajaran : bahkan kehancuran sesorang pun bisa merupakan bukti kecintaan Allah pada hambanya, sesuatu yang mungkin sangat membingungkan secara logika manusia). Yang mengagumkan, Ayyub berdo’a tak putus-putus hingga 17 tahun!
Lalu Allah berkenan mencabut ujian untuk Ayyub. Dengan air yang memancar di dekat saung tempatnya beribadah, penyakit kulit Ayyub sirna. (pelajaran berikutnya: semua tabib yang hebat hanyalah perantara yang tidak bisa memberikan obat buat Ayyub. Ternyata Allah menurunkan obat untuk Ayyub hanya berbentuk air yang memancar dekat tempatnya berdoa.)
Kisah-kisah tersebut nyata telah terjadi di masa lampau. Bukan kisah fiktif, bukan dongeng, namun benar-benar kisah nyata. Masih banyak kisah lain yang memberikan berbagai contoh tentang bagaimana doa, wujud terkabulnya doa, dan baik buruk suatu permintaan.
Kalau merasa do’a tak kunjung terkabul, sudah berapa lamakah Anda berdo’a? Sudah 17 tahunkah?
Tetapi, ada sebagian dari kita, yang merasa bahwa doa yang dia panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, kok tidak pernah dikabulkan. Padahal mereka ini selalu berdoa di setiap langkah kehidupannya.
Pasti di setiap doa kita, selalu meminta kepada Allah; rejeki yang melimpah, agar kita bisa hidup enak dan bahagia. Dan, ternyata itu tidak pernah terjadi. Mengapa? Masih banyak orang yang merasa, bahwa betapa sulitnya mereka mencari rezki untuk kehidupannya sendiri. Sangat banyak di antara kita, yang kebingungan mencari cara untuk memperoleh rezki. Bekerja dengan sangat keras, semata-mata untuk mendapatkan uang dalam jumlah banyak, tetapi tetap saja hanya memperoleh sangat sedikit, atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.
Allah Pasti Mengabulkan Doa Setiap Orang
Allah berfirman dalam
al-Qur’an bahwa Dia dekat dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan
orang-orang yang berdoa kepada-Nya
وَإِذَا
سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا
دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku
dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa
kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
(Al-Baqarah: 186)
Seseorang yang beriman
terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada Allah mengenai apa saja dan dapat
berharap bahwa Allah akan mengabulkan doa-doanya. Misalnya, seseorang yang
mengidap penyakit yang tidak dapat disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk
melakukan berbagai macam pengobatan. Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah
yang dapat memberikan kesehatan, lalu ia pun berdoa kepada-Nya memohon
kesembuhan.
Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya.
Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
Demikian pula, orang yang mengalami ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga, neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya.
Inilah yang telah ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
أَلاَ
أَدُلُّكُمْ عَلىَ مَا يُنْجِيْكُمْ مِنْ عَدُوِّكُمْ وَيُدْرِ لَكُمْ
أَرْزَاقَكُمْ ؟ تَدْعُوْنَ اللهَ فِي لَيْلِكُمْ وَنَهَارِكُمْ ، فَإِنَّ
الدُّعَاءَ سِلاَحُ الْمُؤْمِنِ
“Maukah
aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat melindungimu dari kejahatan
musuh dan agar rezkimu bertambah?” Mereka berkata, “Tentu saja wahai
Rasulullah.” Beliau bersabda, “Serulah Tuhanmu siang dan malam, karena ‘doa’
itu merupakan senjata bagi orang yang beriman.”
Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari
tentang rahasia ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka.
Sesungguhnya hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, karena
وَنَحْنُ
أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“Dan
Kami (Allah) itu lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri.” (Qaf:
16).
Dia Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa
saja yang dipikirkan, dan peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan
ketika seseorang tertidur, Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya.
Allah adalah Yang menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja
seseorang berdoa kepada Allah, ia harus menyadari bahwa Allah akan menerima
doanya pada saat yang paling tepat dan akan memberikan apa yang terbaik
baginya.
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi dirinya. Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:
قُلْ
مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلَا دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ
يَكُونُ لِزَامًا
“Katakanlah:
‘Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak karena doamu. Tetapi kamu
sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab pasti akan menimpamu’.”
(Al-Furqan: 77)
Wallahu a’lam ...
Semoga bermanfaat...
0 Response to "HIDUP BAHAGIA DENGAN IBADAH DAN DO’A BAGIAN 2"
Post a Comment