Jawab semut: “Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada di atas batu aku pasti makan apapun sehingga banyaknya sama seperti sebiji gandum untuk satu bulan, itu karena makanan yang aku cari sendiri dan rezeki itu datangnya dari Allah dan Allah tidak pernah lupa padaku. Tetapi bila kamu masukkan aku dalam kotak yang tertutup, rezekiku bergantung padamu dan aku tak percaya kepada mu, itulah sebabnya aku makan setengah saja supaya tahan dua bulan. Aku takut kamu lupa…”.
Akhirnya Nabi Sulaiman tersenyum dan mengerti dengan penjelasan semut tersebut…
The Moral Behind of the Story:
Demikianlah
seekor semut sahabat Nabi Sulaiman telah mengajarkan kita makna hakiki
sebuah kemerdekaan, sebuah kemandirian. Kebebasan yang sejati adalah
manakala kita hanya menggantungkan keyakinan diri kita hanya kepada
Tuhan sang Khalik, Sang Pencipta. Dan tidak menggantungkan diri kita kepada selain Nya, yang bernama makhluk, yang diciptakan.
Inilah
harga diri yang mesti kita tanamkan, inilah martabat dan kemulyaan
orang yang beriman. Dengan keyakinan tersebut sejarah mencatat peradaban
umat manusia telah ditulis dengan tinta emas betapa kemulyaan
perjuangan para Nabi yang diwariskan kepada umat manusia. Inilah prinsip
perjuangan seluruh Nabi untuk menundukkan diri hanya kepada Tuhan
semesta alam, tiada sekutu bagi Nya.
Dalam
Agama telah sangat jelas disebutkan bahwa manusia yang merdeka, manusia
yang mempunyai jiwa yang lapang adalah manusia yang sholatnya,
ibadahnya, hidupnya, serta matinya hanya untuk Allah semata.
Sesungguhnya inilah makna yang sebenarnya dari konsepsi keesaan Tuhan.
Manakala
setiap tutur kata dan tingkah laku kita senantiasa terjaga dari hal
yang sia-sia, terjaga dari keburukan, karena dalam diri telah tertancap
keyakinan bahwa segala perkataan dan perbuatan kita senantiasa diawasi
oleh Allah tanpa satu detikpun terlewatkan. Bahkan niat kita yang masih
didalam hatipun Allah mengetahui. Sehingga dari keyakinan tersebut,
timbul kesadaran untuk mendedikasikan hidup dan kehidupan kita karena
Allah semata.
Sebagai
seorang beriman tidak perlu ada keresahan, kegalauan, atau ketakutan
dalam diri. Sesungguhnya Allah Maha Benar, Dia Maha Mengetahui apa yang
terbaik bagi hamba-Nya. Kesulitan ekonomi, persoalan keluarga, kelaparan
atau apapun permasalahan yang dihadapi manusia bukanlah bentuk
kebencian atau ketidak pedulian Allah. Karena Tuhan tak pernah
menganiaya hambanya, Dia tidak mungkin berbuat zalim. Sekiranya diantara kita ada yang masih menganggur belum bekerja jangan pernah berputus asa, karena rezeki bukan hanya dengan cara bekerja pada suatu perusahaan. Sekiranya anda belum dapat melanjutkan sekolah, jangan pernah pesimis dengan masa depan karena kebahagiaan dapat ditempuh dengan berbagai cara. Sekiranya diantara kita ada yang sakit, pantang menyerah untuk berobat dan bersabar karena Tuhan tidak pernah menyia-nyiakan amal dan upaya kita.
Saat manusia menyandarkan segala sesuatunya kepada makhluk atau benda yang akan didapat hanyalah ketidak sempurnaan serta kekecewaan. Bisa jadi di awal dia akan mendapat keuntungan tetapi itu hanya kesenangan sesaat. Namun bila kita menyandarkan segala sesuatunya kepada Allah, maka ketentraman dan kebahagiaan sejati yang akan kita dapat. Karena Allah Maha Sempurna lagi Maha Penguasa setiap makhluk. Menyandarkan hidup hanya kepada Allah adalah solusi dalam menghadapi segala cobaan dan permasalahan kehidupan.
Dengan demikian, manusia yang beriman tidak akan pernah dan tidak akan mau menerima uang SOGOKAN. Dia akan meyakini bahwa rezeki didapat bukan dengan cara-cara seperti itu. Dia akan mencontoh keyakinan seekor semut seperti cerita diatas. Dan jangan sampai iman manusia dikalahkan oleh iman seekor semut!
Dan Janganlah kalian terlalu cepat mengambil keputusan dan persangkaan sebelum kamu mempelajarinya terlebih dahulu dan mendengar penjelasan dari pihak pihak yang terkait.
Semoga Bermanfaat.
Allahu Ta’ala A’lam
0 Response to "Kisah Semut Yang Tawakkal"
Post a Comment