Seorang pemuda
menghabiskan banyak waktunya untuk ibadah, dan sedikit waktu untuk bekerja
mencari penghasilan, sekedar memenuhi kebutuhannya yang memang tidak banyak.
Ketika orang tua dan kerabatnya bermaksud menikahkannya, ia selalu saja
menolak. Ia beranggapan bahwa kesibukannya mengurus istri dan anak-anak hanya
akan mengganggu ibadahnya kepada Allah.
Pemuda itu makin
disukai banyak orang karena kesalehannya, dan banyak di antaranya yang ingin
mengambilnya sebagai menantu. Di jaman itu, ukuran keutamaan seseorang di
masyarakat adalah akhlak dan kesalehannya, tidak seperti sekarang ini yang
lebih mengacu pada harta dan profesinya. Karena itu, walau pekerjaannya hanya
‘sekedarnya’ yang mungkin tidak bisa
mencukupi kebutuhan suatu keluarga, banyak sekali orang yang ingin ‘melamar’
pemuda itu untuk dinikahkan dengan putrinya. Tetapi pemuda tersebut menolak dan
tetap teguh dengan pendiriannya, dan makin meningkatkan kualitas dan kuantitas
ibadahnya kepada Allah.
Suatu hari
ketika bangun dari tidurnya, tiba-tiba saja pemuda itu berkata, “Nikahkanlah
aku, nikahkanlah aku!!”
Orang tua dan
para kerabatnya yang ada di situ, saling berpandangan penuh keheranan. Salah
seorang dari mereka berkata, “Mengapa tiba-tiba engkau minta menikah, padahal
selama ini engkau selalu menolaknya walau banyak yang menginginkan dirimu??”
Pemuda itu
berkata, “Saya ingin mempunyai anak yang banyak, dan ada di antara mereka yang
meninggal ketika masih kecil (belum baligh), dan saya akan bersabar
karenanya!!”
Sekali lagi
orang tua dan kerabatnya berpandangan tidak mengerti, sepertinya tidak ada
hubungannya dengan keinginannya yang tiba-tiba itu. Pemuda itu mengerti
kebingungan mereka, dan ia menceritakan kalau baru saja bermimpi, seolah-olah
kiamat telah tiba. Ia berdiri di padang
Makhsyar dalam keadaan panas dan haus yang tidak terperikan, seolah-olah akan
mematahkan lehernya. Tidak ada sesuatu yang bisa diminum untuk menghilangkan
rasa haus dan panas itu, dan sepertinya ‘penderitaan’ itu akan berlangsung
sangat lama.
Dalam keadaan
seperti itu, tiba-tiba ia melihat anak-anak yang berjalan dan bergerak di
antara begitu banyak orang dengan membawa gelas-gelas perak yang ditutup dengan
saputangan dari cahaya. Mereka itu mencari-cari dan ketika menemukan seseorang,
mereka memberikan minuman dalam gelas tersebut. Ketika beberapa anak
melewatinya, ia mencoba mengulurkan tangan mengambil gelas itu sambil berkata,
“Berikanlah kepadaku karena aku juga sangat haus!!”
Anak-anak itu
menghalangi maksudnya, mereka memandanginya beberapa saat, kemudian berkata,
“Anda tidak mempunyai anak di antara kami, dan kami hanya memberikan minuman
kepada ayah dan ibu kami!!”
Pemuda itu
berkata, “Siapakah kalian ini!!”
Mereka menjawab,
“Kami adalah anak-anak dari kaum muslimin, dan kami meninggal sewaktu kami
masih kecil, dan orang tua kami bersabar dengan musibah dari Allah tersebut!!”
Pemuda itu
berkata kepada orang tua dan kerabat yang mengitarinya, “Saat itu aku sangat
menyesal dan menangisi nasibku karena tidak mau menikah. Mungkin itu hukumanku karena
‘tidak mengikuti’ sunnah Rasulullah SAW. Tetapi tiba-tiba aku terbangun dan
semua peristiwa itu ternyata hanya dalam mimpi, walau sepertinya sangat jelas
dan terasa nyata. Karena itulah aku tiba-tiba berteriak minta segera dinikahkan!!”
0 Response to "Salah Satu Hikmah dari Menikah "
Post a Comment