FENOMENA GERHANA MATAHARI TOTAL
Oleh
: Akhmad Ali Khasanudin, SP.d
Wonogiri, Rabu 9 Maret 2016 telah terjadi gerhana matahari, dan Indonesia menjadi
satu-satunya wilayah daratan yang dilalui oleh gerhana matahari total. Ada 12 provinsi di Indonesia yang dilalui oleh gerhana matahari
total, yakni Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka
Belitung. Selain itu, semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara),
Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Sedangkan, di luar daerah
yang dilintasi jalur totalitas gerhana hanya akan bisa menikmati gerhana
matahari sebagian.Adapun diWonogiri terjadi gerhana matahari hanya seukuran
bulan sabit, dan waktunya pun sangat singkat, hanya sekitar 2 menit. Gerhana itu terjadi dimulai sekitar pukul 07:15 WIB (pagi hari).
Terkait
dengan terjadinya gerhana matahari pada 9 Maret 2016 ini, di Masyarakat
Wonogiri ada beberapa perbedaan masyarakat
dalam menyikapi terjadinya gerhana matahari tersebut. Yang pertama ada
masyarakat yang lebih memilih mengurung sekeluarga dirumahnya hingga berakhirnya gerhana. pasalnya banyak
masyarakat yang meyakini bahwa fenomena
langka tersebut bisa membutakan mata.
Menurut Kepala Stasiun
Geofisika kelas I BMKG Padang Panjang Rahmat Triyono, mengatakan paparan
cahaya matahari saat fenomena alam gerhana matahari total bisa merusak retina.
“Paparan cahaya
matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina
mata yang berisi syaraf sensitif,” kata Rahmat Triyono.
Menurutnya retina
mata tidak memiliki sensor sakit sehingga saat menatap langsung seseorang
cenderung mengabaikan dan tidak menyadari mata sedang berada dalam keadaan
bahaya.
Kerusakan pada
retina akan berupa penglihatan kabur yang dapat dialami selama beberapa jam
sampai kerusakan permanen hingga kebutaan, ujarnya.
Oleh
sebab itu cara yang paling aman mengamati gerhana matahari total dengan
menggunakan alat yang telah dilengkapi oleh filter khusus. Seperti Kaca mata hitam biasa, film
foto, film rontgen, adalah alat
yang aman digunakan untuk melihat matahari, sehingga kita tidak perlu melakukan tindakan berlebihan dengan
bersembunyi dirumah.
Berikutnya
ada yang beranggapan bahwa ketika terjadinya gerhana matahari itu, raksasa Batara Kala menelan matahari karena dendam kepada
Sang Surya atau Dewa Matahari. Sehingga ketika terjadi gerhana matahari anak – anak
tidak boleh keluar rumah agar tidak dimakan raksasa
Batara Kala.
Bagi
masyarakat zaman sekarang, seharusnya fenomena alam gerhana matahari sudah
tidak lagi dikaitkan dengan hal-hal mistik. Apalagi anggapan dan amalan yang
tidak ada dalilnya, atau tidak berdasarkan syariat Islam. Ilmu pengetahuan dan
teknologi maju sudah mampu menjelaskan penyebab terjadinya gerhana matahari.
Namun
pada masa lalu, masyarakat kerap menganggap dan mengkaitkan peristiwa
terjadinya gerhana matahari dengan sesuatu mitos yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Berbagai mitos pun menyeruak terkait gerhana matahari.
Selengkapnya
seperti dihimpun dari berbagai sumber tentang mitos dari belahan dunia lain
terkait terjadinya gerhana matahari, sebagai berikut:
1.
Kemarahan Dewa
Pada
masyarakat Yunani Kuno, gerhana matahari dianggap sebagai tanda kemarahan dewa.
Serta jadi pertanda akan datang hal-hal buruk seperti dikutip laman Mirror.
2.
Ibu hamil sebaiknya di dalam rumah
Di
beberapa wilayah di dunia meyakini ibu hamil sebaiknya berada di dalam ruangan
saat sedang terjadi. Mitos ini pun sempat beredar di masyarakat Jawa.
3.
Hindari makan pada saat terjadi gerhana matahari
Di
beberapa daerah di India sempat meyakini bahwa tidak boleh makan saat terjadi
gerhana matahari. Mereka pun menghindari memasak saat gerhana matahari terjadi,
menurut mereka makanan akan jadi beracun.
4.
Ditelan makhluk lain
Beberapa
kebudayaan di dunia mempercayai gerhana matahari terjadi ketika setan atau
hewan mengonsumsi matahari.
"Orang-orang
Viking menganggap sepasang serigala langit melahap gerhana matahari,"
papar Direktur Griffith Observatory Los Angeles, Amerika Serikat, EC Krupp
seperti dikutip laman National Geographic.
Sementara
itu di Vietnam, pada masa lalu orang-orang menganggap kodok memakan matahari
pada saat gerhana matahari terjadi.
5.
Membunyikan panci untuk mengusir apapun yang menelan matahari
Guna
melawan makhluk atau hewan lain yang dipercayai memakan matahari, ada banyak
budaya yang memilih untuk membuat kebisingan yang dimaksudkan untuk
menakuti-nakutinya.
"Orang
bisa memukul apapun yang menimbulkan suara seperti panci atau wajan sebagai
tanda untuk mengusir apapun yang menelan matahari," papar Indigenous
Education Institute on San Juan Island, Amerika Serikat, Nancy Maryboy.
6.
Refleksi diri
Tak
selalu mitos mengenai gerhana matahari terkait hal-hal buruk. Orang-orang dari
Batammaliba di Afrika menganggap hal ini dari sisi baik.
Dalam
mitos mereka, saat terjadi gerhana matahari artinya sedang terjadi perjuangan
antara matahari dan bulan berjuang bersama-sama untuk menghentikan pertempuran.
"Mereka
melihatnya sebagai waktu bersama-sama antara bulan dan matahari menyelesaikan
perseteruan," tutur ahli astronomi budaya dari University of the Western
Cape, Afrika Selatan, Jarita Holbrook.
Selain
itu, ada juga yang melihat gerhana matahari sebagai waktu bagi manusia untuk
melakukan refleksi dan rekonsiliasi dalam hidupnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ
يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ
فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا … (رواه البخاري)
“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah 2 bukti daripada tanda-tanda
kebesaran Allah Ta’ala di mana kedua-duanya tidak akan gerhana kerana kematian
atau hidupnya seseorang. Maka apabila kamu melihat gerhana itu maka berdoalah
kepada Allah, bertakbirlah, dirikanlah sembahyang dan bersedekahlah……”
Perlu dipahami bahwa boleh jadi gerhana ini tanda awal dari datangnya musibah.
Perlu dipahami, siapa yang mampu membuat sinar matahari akan terus bersinar,
begitu pula dengan rembulan? Siapa pula yang bisa menjamin bahwa sinar matahari
yang tertutup tadi bisa kembali, begitu pula rembulan? Bukankah jika sinar
keduanya itu hilang itu
merupakan tanda
terjadinya hari kiamat? Bukankah bisa jadi peristiwa ini adalah awal akan datangnya adzab?
Ringkasnya, kita wajib yakin, patuh, dan takut kepada Allah saat keadaan gerhana seperti ini.Bukan takut kepada matahari atau
bulan maupun gerhananya, akan tetapi takutlah kepada yang menciptakannya, yaitu
Allah SWT. Sehingga
kita diperintahkan untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya dengan cara
melaksanakan sholat gerhana. Nas-alullaha al ‘afiyah (kita
meminta keselamatan hanya kepada
Allah).
Firman Allah dalam QS al-Qiyâmah, 75: 6-112
يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ (٦) فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ
(٧) وَخَسَفَ الْقَمَرُ (٨) وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ (٩) يَقُولُ
الإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ (۱٠) كَلاَّ لا وَزَرَ (۱۱) إِلَى رَبِّكَ
يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ (۱۲)
“Ia berkata: “Bilakah hari kiamat itu?” Maka apabila mata terbelalak
(ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayaNya, dan matahari dan bulan
dikumpulkan, pada hari itu manusia berkata: “Ke mana tempat berlari?”
Sekali-kali tidak! tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah
pada hari itu tempat kembali.”
Adapun yang dilakukan oleh sebagian masyarakat yang malah ketika
terjadinya gerhana, mereka menanti-nanti datangnya gerhana di tanah lapang dengan meninggalkan shalat gerhana. Ini
sungguh perbuatan yang keliru dan tanda kurangnya iman. Padahal mereka bisa
saja shalat.Sebagaimana yang dilakukan oleh Rosul kita Nabi Muhammad SAW.
Wallahu
a’lam bishshowab …
Bagi Anda yang menginginkan untuk mendownload file di Atas, Silahkan klik DISINI untuk mendapatkan filenya. Terimakasih........
Sungguh mitos yang aneh....
ReplyDelete