PERBANDINGAN ANTARA DUNIA DAN
AKHIRAT
Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
القَوِيُّ المَتِيْنُ، العَزِيْزُ الحَكِيْمُ، العَلِيْمُ الخَبِيْرُ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلـٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ
الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ،
الدَاعِيُ إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ وَالسِرَاجُ المُنِيْرُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
أمَّا بَعْدُ أيُّهَا
المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ:
اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى، وَرَاقِبُوْهُ جَلَّ فِي عُلَاهُ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ أَنَّ
رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ، وَتَقْوَى اللهِ جَلَّ وَعَلَا: عَمَلٌ بِطَاعَةِ
اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ رَجَاءَ ثَوَابَ اللهِ، وَتَرْكٌ لِمَعْصِيَةِ
اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ خِيْفَةَ عَذَابِ اللهِ .
Ibadallah,
Secara fithrah manusia
mencintai dunia, karena memang Allah Azza wa Jalla telah menjadikan berbagai kesenangan
dunia itu indah di mata manusia. Allah Azza wa Jalla berfirman:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ
حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ
مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ
وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ
الْمَآبِ
“Dijadikan indah pada
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(Ali-‘Imran/3:14).
Dunia itu hijau dan manis, maka
hendaklah manusia berhati-hati dengan dunia. Jangan sampai kesenangan dunia
mnejerumuskan ke dalam kemaksiatan dan melalaikan dari ketaatan kepada Sang
Pencipta.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ
كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ
فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya
Allah menjadikan kamu sebagai khalifah di dunia ini, lalu Dia akan melihat
bagaimana kamu berbuat. Maka jagalah dirimu dari (keburukan) dunia, dan jagalah
dirimu dari (keburukan) wanita, karena sesungguhnya penyimpangan pertama kali
pada Bani Israil terjadi berkaitan dengan wanita. (HR Muslim, no. 2742).
Maksud “dunia itu manis lagi
hijau” adalah keindahan dan kenikmatan dunia itu seperti buah-buahan yang
berwarna hijau dan manis, karena jiwa manusia berusaha untuk mendapatkannya.
Atau maksudnya adalah dunia itu segera sirna, seperti sesuatu yang berwarna
hijau dan manis juga akan segera rusak.
Maksud “sesungguhnya Allah
menjadikan kamu sebagai khalifah di dunia ini”, yaitu Allah Subhanahu
wa Ta’alamenjadikan kamu sebagai pengganti generasi-generasi
sebelum kamu, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melihat apakah kamu melakukan
ketaatan atau bermaksiat kepada-Nya dan mengikuti syahwat kamu.
Sabda beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam “maka
jagalah dirimu dari (keburukan) dunia, dan jagalah dirimu dari (keburukan)
wanita”, yaitu jangan sampai kamu terpedaya dengan dunia dan wanita. Kata
wanita dalam hadits ini mencakup semua wanita, termasuk istri dan lainnya.
Wanita yang paling banyak menyebabkan fitnah (keburukan) adalah istri, karena
fitnahnya terus-menerus dan mayoritas manusia terpedaya dengan para istri.
Oleh karena itu, jangan sampai
kita terpedaya dengan dunia dan melupakan akhirat. Karena seandainya manusia
hidup puluhan tahun di dunia ini, dengan berbagai kenikmatan yang dimiliki,
sesungguhnya semua itu kecil dibandingkan kenikmatan akhirat.
Ibadallah,
Banyak orang terpedaya dengan
keindahan dunia, sehingga melupakan amal untuk akhirat. Padahal sesungguhnya
dunia itu sangat kecil dibandingkan akhirat. Allah Azza
wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ ۚ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ
الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ
Hai orang-orang yang beriman,
apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu, “Berangkatlah (untuk berperang) di
jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas
dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal
kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit. (at-Taubah/9:38).
Allah Azza
wa Jalla juga
berfirman :
بَلْ تُؤْثِرُونَ
الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Tetapi kamu (orang-orang kafir)
memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih
kekal. (al-A’la/87:16-17).
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah
membuat perbandingan antara dunia dan akhirat. Perbandingan antara keduanya
bagaikan seseorang yang mencelupkan jarinya ke dalam lautan, maka dunia
bagaikan setetes air yang melekat pada jari-jarinya itu. Al-Mustaurid bin
Syaddad radhiyallahu ‘anhu berkata:
قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى
الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ
يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
: “Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah
seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini –perawi bernama Yahya
menunjuk jari telunjuk- ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang
didapat pada jari tangannya”. (HR Muslim, no. 2858).
Kaum muslimin,
Demikian juga dunia ini sangat
remeh di sisi Allah Azza wa Jalla, maka jangan
sampai orang Mukmin memandang besar dan agung terhadap dunia yang remeh dan
hina di sisi Allah Azza wa Jalla. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallambanyak memberikan gambaran tentang remehnya dunia
di sisi Allah Azza wa Jalla , antara lain di dalam hadits berikut
ini:
عَنْ جَابِرِ بْنِ
عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ
بِالسُّوقِ دَاخِلاً مِنْ بَعْضِ الْعَالِيَةِ وَالنَّاسُ كَنَفَتَهُ فَمَرَّ
بِجَدْىٍ أَسَكَّ مَيِّتٍ فَتَنَاوَلَهُ فَأَخَذَ بِأُذُنِهِ ثُمَّ قَالَ «
أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنَّ هَذَا لَهُ بِدِرْهَمٍ ». فَقَالُوا مَا نُحِبُّ أَنَّهُ
لَنَا بِشَىْءٍ وَمَا نَصْنَعُ بِهِ قَالَ « أَتُحِبُّونَ أَنَّهُ لَكُمْ ».
قَالُوا وَاللَّهِ لَوْ كَانَ حَيًّا كَانَ عَيْبًا فِيهِ لأَنَّهُ أَسَكُّ
فَكَيْفَ وَهُوَ مَيِّتٌ فَقَالَ « فَوَاللَّهِ لَلدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى
اللَّهِ مِنْ هَذَا عَلَيْكُمْ ».
Dari Jabir bin Abdillah, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati sebuah pasar. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam masuk dari Aliyah (nama tempat, Pen.)
dan para sahabat berada di sekelilingnya. Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam mendapati bangkai seekor kambing yang
kecil telinganya, lantas beliau angkat batang telinga bangkai kambing tersebut
seraya berkata: “Siapakah di antara kalian yang mau membeli kambing ini dengan
satu dirham?” Para sahabat menjawab: “Kami tidak suka sama sekali, apa yang
bisa kami perbuat dari seekor bangkai kambing?”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
lagi: “Bagaimana jika kambing itu untuk kalian?” Para sahabat menjawab: “Demi
Allah, apabila kambing itu masih hidup kami tetap tidak mau karena dia telah
cacat, yaitu telinganya kecil, bagaimana lagi jika sudah menjadi bangkai!”
Rasulullah akhirnya bersabda: “Demi Allah, dunia itu lebih hina di sisi Allah
daripada seekor bangkai kambing ini bagi kalian”. (HR Muslim, no. 2957).
Di dalam hadits lain
disebutkan:
عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ كَانَتْ
الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا
شَرْبَةَ مَاءٍ
Dari Sahl bin Saad, dia
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seandainya dunia di sisi
Allah sebanding dengan satu sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan
minum seteguk air kepada orang kafir”. (HR Tirmidzi, no. 2320).
Ibadallah,
Dunia yang begitu rendah di
sisi Allah Azza wa Jalla juga segera sirna. Dan yang ada setelahnya
adalah akhirat. Di akhirat ada dua pilihan, tidak ada yang ketiga: siksaan yang
pedih atau ampunan dan ridha Allah. Firman AllahSubhanahu wa Ta’ala mengingatkan hakikat ini :
اعْلَمُوا أَنَّمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, sesungguhnya
kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di ahirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
palsu. (al-Hadid/57:20).
Ibadallah,
Kalau kita sudah mengetahui
hakikat perbandingan dunia dengan akhirat, maka seharusnya kita lebih
mementingkan akhirat daripada dunia. Jangan sampai hanya mengejar kesenangan
dunia sehingga mengabaikan bekal untuk akhirat. Jangan sampai dengan alasan
sibuk kerja, sibuk urusan keluarga dan anak-anak, kemudian melalaikan shalat
berjamaah di masjid, membaca al-Qur`an, mempelajari ilmu agama, dan ibadah
lainnya.
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah
menjelaskan bahwa menjadikan akhirat sebagai tujuan adalah cara yang terbaik
dalam meniti jalan hidup ini. Karena Allah Azza wa Jalla akan memberikan berbagai kemudahan
bagi orang yang berbuat demikian, sebagaimana disebutkan di dalam hadits
berikut ini :
عن أَنَسٍ بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ
وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتْ
الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ
شَمْلَهُ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ
Dari Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa akhirat menjadi
tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya,
Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai-berai, dan dunia datang
kepadanya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa dunia menjadi tujuannya
(niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, Dia
akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak datang
kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan baginya”. (HR
Tirmidzi, no. 2465).
Semoga Allah selalu memberikan
taufiq kepada kita di dalam kebenaran.
أَقُوْلُ هـٰذَا
القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ
كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT " PERBANDINGAN ANTARA DUNIA DAN AKHIRAT ""
Post a Comment