Riba Dosa Besar Yang
Menghancurkan
Khutbah Pertama:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُيَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًاأَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِاَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
Ibadallah,
Riba
merupakan perbuatan dosa besar dengan ijma’ Ulama, berdasarkan Alquran,
as-Sunnah. Dalil dari Alquran di antaranya adalah firman Allah ‘Azza wa
Jalla :
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Allah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (al-Baqarah/2:275)
Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang umatnya dari riba
dan memberitakan bahwa riba termasuk tujuh perbuatan yang menghancurkan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اجْتَنِبُوا السَّبْعَ
الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ
وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ
وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ
وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
Beliau bersabda, “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para
sahabat) bertanya, “Wahai Rasulullah! Apakah itu?” Beliau n menjawab, “Syirik
kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang Allah haramkan kecuali dengan haq,
memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari perang yang berkecamuk,
menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang
beriman, dan yang bersih dari zina”. (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Para Ulama
sepakat bahwa riba adalah haram dan termasuk dosa besar.
Imam Nawawi rahimahullah
berkata, “Kaum Muslimin telah sepakat akan haramnya riba. Riba itu termasuk
kabair (dosa-dosa besar). Ada yang mengatakan bahwa riba diharamkan dalam semua
syariat (Nabi-Nabi.
Ibadallah,
Secara
lughah (bahasa) riba artinya tambahan, sedangkan menurut istilah syara’
(agama), para fuqaha’ (ahli fiqih) memberikan ta’rif (difinisi) yang
berbeda-beda kalimatnya, namun maknanya berdekatan.
al-Hanafiyyah
menyatakan riba adalah kelebihan yang tidak ada penggantinya (imbalannya)
menurut standar syar’i, yang disyaratkan untuk salah satu dari dua orang yang
melakukan akad penukaran (harta).
Syafi’iyyah
menyatakan riba adalah akad untuk mendapatkan ganti tertentu yang tidak
diketahui persamaannya menurut standar syar’i (agama Islam) pada waktu
perjanjian, atau dengan menunda penyerahan kedua barang yang ditukar, atau
salah satunya.
Hanabilah
menyatakan riba adalah perbedaan kelebihan di dalam perkara-perkara,
mengakhirkan di dalam perkara-perkara, pada perkara-perkara khusus yang yang
ada keterangan larangan riba dari syara’ (agama Islam), dengan nash (keterangan
tegas) di dalam sebagiannya, dan qiyas pada yang lainnya.
Definisi
riba ini akan lebih jelas jika kita mengetahui macam-macam riba, sebagai
berikut:
- Riba an-Nasi’ah (Riba Karena Mengakhirkan Tempo)
Yaitu: tambahan
nilai hutang sebagai imbalan dari tempo yang diundurkan. Dinamakan riba
an-nasi’ah (mengakhirkan), karena tambahan ini sebagai imbalan dari tempo
hutang yang diundurkan. Hutang tersebut bisa karena penjualan barang atau
hutang (uang).
Riba ini
juga disebut riba Alquran, karena diharamkan di dalam Alquran. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ﴿٢٧٨﴾ فَإِنْ لَمْ
تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ ۖ وَإِنْ تُبْتُمْ
فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ
Hai
orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasulnya
akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu
pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya. (al-Baqarah/2:
278-279)
Ayat ini
merupakan nash yang tegas bahwa yang menjadi hak orang yang berpiutang adalah
pokok hartanya saja, tanpa tambahan. Dan tambahan dari pokok harta itu disebut
riba.
Jika
tambahan itu atas kemauan dan inisiatif orang yang berhutang ketika dia hendak
melunasi hutangnya, tanpa disyaratkan maka sebagian ahli fiqih membolehkan.
Namun orang yang berhati-hati tidak mau menerima tambahan tersebut karena
khawatir itu termasuk pintu-pintu riba, wallahu a’lam.
Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan larangan ini dalam khutbah
wada’ dan hadits-hadits lainnya. Sehingga kaum Muslimin bersepakat tentang
keharaman riba an-nasiah ini.
Riba ini
juga disebut riba al-jahiliyyah, karena riba ini yang dilakukan oleh
orang-orang jahiliyah.
Riba ini
juga disebut riba jali (nyata).
Riba ini
juga disebut dengan riba dain/duyun (riba pada hutang), karena terjadi pada
hutang piutang.
Imam Ahmad rahimahullah
ditanya tentang riba yang tidak diragukan (keharamannya-pen), dia menjawab,
“Riba itu adalah seseorang memiliki piutang, lalu dia berkata kepada orang yang
berhutang, “Engkau bayar (sekarang) atau (pembayarannya ditunda tapi dengan)
memberi tambahan (riba)?” Jika dia tidak membayar, maka orang yang berhutang
memberikan tambahan harta (saat pembayaran), dan pemilik piutang memberikan tambahan
tempo.
Imam Ibnul
‘Arabi al-Maliki rahimahullah berkata, “Orang-orang jahiliyyah dahulu
biasa berniaga dan melakukan riba. Riba di kalangan mereka telah terkenal.
Yaitu seseorang menjual kepada orang lain dengan hutang. Jika waktu pembayaran
telah tiba, orang yang memberi hutang berkata, “Engkau membayar atau memberi
riba (tambahan)?” Yaitu: Engkau memberikan tambahan hartaku, dan aku bersabar
dengan waktu yang lain. Maka Allah ‘Azza wa Jalla mengharamkan riba,
yaitu tambahan (di dalam hutang seperti di atas-pen).
Dengan
penjelasan di atas kita mengetahui bahwa riba jahiliyyah yang dilarang dengan
keras oleh Allah dan RasulNya adalah tambahan nilai hutang sebagai imbalan dari
tambahan tempo yang diberikan, sementara tambahan tempo itu sendiri disebabkan
ketidakmampuannya membayar hutang pada waktunya. Jika demikian, maka tambahan
uang yang disyaratkan sejak awal terjadinya akad hutang-piutang, walaupun tidak
jatuh tempo, yang dilakukan oleh bank, BMT, koperasi, dan lainnya, di zaman
ini, adalah riba yang lebih buruk dari riba jahiliyyah, walaupun mereka
menyebut dengan istilah bunga.
- Riba al-Fadhl (Riba Karena Kelebihan).
Yaitu riba
dengan sebab adanya kelebihan pada barang-barang riba yang sejenis, saat
ditukarkan.
Riba ini
juga disebut riba an-naqd (kontan) sebagai kebalikan dari riba an-nasi’ah. Juga
dinamakan riba khafi (samar) sebagai kebalikan riba jali (nyata).
Barang-barang
riba ada enam menurut nash hadits, seperti di bawah ini:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ
بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ
بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ يَدًا بِيَدٍ فَمَنْ زَادَ
أَوِ اسْتَزَادَ فَقَدْ أَرْبَى الآخِذُ وَالْمُعْطِى فِيهِ سَوَاءٌ
Dari Abu
Sa’id al-Khudri rahiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Emas dengan emas, perak dengan perak, burr
(jenis gandum) dengan burr, sya’ir (jenis gandum) dengan sya’ir, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam, harus sama (timbangannya), serah terima di
tempat (tangan dengan tangan). Barangsiapa menambah atau minta tambah berarti
dia melakukan riba, yang mengambil dan yang memberi dalam hal ini adalah
hukumnya sama.” (HR. Muslim).
Ibadallah,
Berbagai
bahaya riba mengancam para pelakunya di dunia sebelum di akhirat, antara lain:
- Laknat Bagi Pelaku Riba.
عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُوكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ
هُمْ سَوَاءٌ.
Dari Jabir rahiyallahu
‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melaknat pemakan riba, pemberi makan riba, penulisnya dan dua saksinya”, dan
Beliau n bersabda, “Mereka itu sama.” (HR. Muslim).
- Perang Dari Allah ‘Azza wa Jalla Dan Rasul-Nya.
Barangsiapa
nekat melakukan riba, padahal larangan sudah sampai kepadanya, maka hendaklah
dia bersiap mendapatkan serangan peperangan dari Allah dan RasulNya. Siapa yang
akan menang melawan Allah? Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan
Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(Al-Baqarah/2: 278-279).
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ،
وَنَفَعْنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ البَيَانِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ، أَقُوْلُ
قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ المُسْلِمِيْنَ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah
Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ وَ
أَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ تَعْظِيْماً لِشَأْنِهِ وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ وَتَمَسَّكَ بِسُنَّتِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْماً كَثِيْراً.
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا النَّاسُ،
Kaum
muslimin rahimakumullah,
Selain
bahaya di dunia, maka riba juga mengakibatkan bahaya mengerikan di akhirat,
antara lain:
- Bangkit Dari Kubur Dirasuki Setan.
Ini telah
diberitakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dalam Alquran dan dijelaskan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya :
عَنْ عَوْفِ بن مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :”إِيَّايَ وَالذُّنُوبَ الَّتِي لا تُغْفَرُ: الْغُلُولُ، فَمَنْ غَلَّ شَيْئًا
أَتَى بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَآكِلُ الرِّبَا فَمَنْ أَكَلَ الرِّبَا بُعِثَ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَجْنُونًا يَتَخَبَّطُ”, ثُمَّ قَرَأَ: “الَّذِينَ
يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ
الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ”
Dari ‘Auf
bin Malik, dia berkata: Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Jauhilah dosa-dosa yang tidak terampuni: ghulul (mengambil harta
rampasan perang sebelum dibagi; khianat; korupsi). Barangsiapa melakukan ghulul
terhadap sesuatu barang, dia akan membawanya pada hari kiamat. Dan pemakan
riba. Barangsiapa memakan riba akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan
gila, berjalan sempoyongan.” Kemudian Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
membaca (ayat yang artinya), “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila”. (al-Baqarah/2:275) (HR. Thabrani).
- Akan Berenang Di Sungai Darah.
عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَأَيْتُ اللَّيْلَةَ
رَجُلَيْنِ أَتَيَانِى ، فَأَخْرَجَانِى إِلَى أَرْضٍ مُقَدَّسَةٍ ،
فَانْطَلَقْنَا حَتَّى أَتَيْنَا عَلَى نَهَرٍ مِنْ دَمٍ فِيهِ رَجُلٌ قَائِمٌ ،
وَعَلَى وَسَطِ النَّهْرِ رَجُلٌ بَيْنَ يَدَيْهِ حِجَارَةٌ ، فَأَقْبَلَ
الرَّجُلُ الَّذِى فِى النَّهَرِ فَإِذَا أَرَادَ الرَّجُلُ أَنْ يَخْرُجَ رَمَى
الرَّجُلُ بِحَجَرٍ فِى فِيهِ فَرَدَّهُ حَيْثُ كَانَ ، فَجَعَلَ كُلَّمَا جَاءَ
لِيَخْرُجَ رَمَى فِى فِيهِ بِحَجَرٍ ، فَيَرْجِعُ كَمَا كَانَ ، فَقُلْتُ مَا
هَذَا فَقَالَ الَّذِى رَأَيْتَهُ فِى النَّهَرِ آكِلُ الرِّبَا
Dari Samurah
bin Jundub, dia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tadi
malam aku bermimpi ada dua laki-laki yang mendatangiku, keduanya membawaku ke
kota yang disucikan. Kami berangkat sehingga kami mendatangi sungai darah. Di
dalam sungai itu ada seorang laki-laki yang berdiri. Dan di pinggir sungai ada
seorang laki-laki yang di depannya terdapat batu-batu. Laki-laki yang di sungai
itu mendekat, jika dia hendak keluar, laki-laki yang di pinggir sungai itu
melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga dia kembali ke tempat semula.
Setiap kali laki-laki yang di sungai itu datang hendak keluar, laki-laki yang
di pinggir sungai itu melemparkan batu ke dalam mulutnya sehingga dia kembali
ke tempat semula. Aku bertanya, “Apa ini?” Dia menjawab, “Orang yang engkau
lihat di dalam sungai itu adalah pemakan riba’”. (HR. al-Bukhari).
- Nekat Melakukan Riba Padahal Sudah Sampai Lrangan, Diancam Dengan Neraka.
Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman:
ۚ فَمَنْ
جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانْتَهَىٰ فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى
اللَّهِ ۖ وَمَنْ عَادَ فَأُولَٰئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ ۖ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya. (al-Baqarah/2:275)
Inilah
berbagai ancaman mengerikan bagi pelaku riba. Alangkah baiknya mereka bertaubat
sebelum terlambat. Sesungguhnya nikmat maksiat hanya sesaat, namun akan membawa
celaka di dunia dan di akhirat. Hanya Allah ‘Azza wa Jalla tempat
memohon pertolongan.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ،
وَخَيْرَ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ
الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ .
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى
مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ
فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾
[الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ
حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةَ المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرِ
الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ
الحَسَنَيْنِ عَلِيٍّ, وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ
التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا
مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ،
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ
وَكِتَابَكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ
مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي أَرْضِ الشَامِ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ،
اَللَّهُمَّ كُنْ لَنَا وَلَهُمْ حَافِظاً وَمُعِيْنًا وَمُسَدِّداً وَمُؤَيِّدًا،
اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ
وَجِلَّهُ، أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ العَمَلَ الَّذِيْ
يُقَرِّبُنَا إِلَى حُبِّكَ. اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِيْنَةِ الإِيْمَانِ
وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا
وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ
الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا
أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. رَبَّنَا آتِنَا
فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عباد الله، (إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ*
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا الأَيْمَانَ بَعْدَ
تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ
يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ) [النحل:90-91]، فاذكروا اللهَ يذكرْكم، واشكُروه على
نعمِه يزِدْكم، ولذِكْرُ اللهِ أكبرُ، واللهُ يعلمُ ما تصنعون
0 Response to "KHUTBAH JUM'AT " Riba Dosa Besar Yang Menghancurkan""
Post a Comment