PERANAN PEMUDA ISLAM TERHADAP ZAMAN



PERANAN PEMUDA ISLAM TERHADAP ZAMAN

Oleh : Akhmad Ali Khasanudin, S.Pd

“Youth is the strongests”. Pemuda adalah kekuatan, semangat , vitalitas dan energik. Mungkin kalimat itulah yang pantas, dan cocok untuk menggambarkan akan besarnya potensi yang dimiliki oleh seorang pemuda. Ya, pemuda sangat “vital” peranannya di tengah-tengah umat. Mereka adalah “tulang punggung” agama, bangsa dan negara. Dan itu semua tidak dapat diemban, jika para pemudanya tidak memiliki “komitmen” yang baik, benar dan istiqâmah.

“Potret generasi muda kita saat ini mencerminkan dan menjelaskan perkara yang sangat mengkhawatirkan kita semua, yakni sirnanya komitmen sebagai seorang muslim di dalam diri generasi muda kita. Komitmen mereka sebatas hanya kepentingan pribadi belaka. ”Kepentingan pribadi, artinya para pemuda itu benar-benar “egois”. Ini mungkin fenomena umum dari mereka. Mereka hanya memikirkan seputar perut, kesenangan, aksesoris duniawi (mobil, sepeda motor, hp, pakaian bagus dan modis), dugem (dunia glamour), tidak lebih. Saya khawatir, jika itu yang terjadi, para pemuda tidak akan mengenal Islam dengan baik. Jika demikian, maka Islam tidak akan membutuhkan mereka. Imam ‘Ali karramallâhu wajhah pernah bertutur: “Barangsiapa yang hanya berpikir tentang perutnya, maka kualitasnya “tidak lebih” dari apa yang dikeluarkan oleh “perutnya”.

Para pemuda saat ini sebagian besar tidak peduli pada masalah besar umatnya sendiri.  Mereka tidak memiliki tujuan hidup yang jelas. Tujuan hidup mereka kecil, hanya berkisar masalah materi dan kesenangan kehidupan dunia. Seakan-akan mereka berkata :
“Kehidupan itu tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan kita hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi.” (Al Mu’minun: 37)
Na’udzu billah min dzalik …

Para pemuda Islam seharusnya menyadari, bahwa usia mereka akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT. Nabi Muhammad SAW pernah bertutur tentang mereka ini: “Tidak akan bergeser kedua kaki Anak Adam pada hari kiamat dari Tuhannya, hingga dia ditanya tentang empat perkara: [1] tentang usianya, untuk apa ia habiskan; [2] tentang masa mudanya, untuk apa ia gunakan; [3] tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, dan [4] tentang ilmunya, apa yang telah ia lakukan dengan ilmu itu. ” (HR Al-Tirmidzi).

Wahai sahabatku, coba sejenak kita merenung dan berpikir. Umat ini butuh amunisi baru, para pemuda yang peduli dengan problematika umat. Kita sudah lelah mendengar berita para pemuda yang masuk bui gara - gara putaw, memperkosa, membunuh, korupsi, dll. Lihat umat kita yang terbelakang, miskin, kotor, suka berkelahi, mudah di adu-domba, mudah ditipu dan dikibuli, suka menyalahkan saudaranya, suka pasrah dengan  takdir, cepat putus asa, cepat puas dengan prestasi yang kecil, dan masih banyak permasalahan dan sekeranjang problematika yang menuntut solusi dari pemuda. Bukankah itu semua tantangan bagi mereka? Tapi ke mana mereka pergi dan menghilang?

Pemuda yang peduli dengan ‘sikon’ (situasi dan kondisi) zaman adalah pemuda “Muslim Sejati”. Pemuda masa depan. Karena hidup dan mati umat ini, menurut Musthafa al-Ghulayaini, adalah di tangan mereka. Al-Ghulayaini menyatakan, “Inna fi yadi al-syubbâni amra al-ummati, wa fî aqdâmihim hayâtaha” (Sungguh, di tangan para pemudalah urusan umat ini. Dan di bawah kaki merekalah hidup dan matinya umat ini). Masihkah kita tertidur lelap di atas kasur khayalan dan ilusi dusta? Jika sadar bahwa masa muda akan dipertanggung-jawabkan, apakah kita mau dan rela, jika laporan pertanggung-jawaban kita nanti ditolak, dicampakkan dan dicerca di hadapan Allah?
Hendaknya para pemuda masa kini bercermin kepada generasi pertama islam. Pada Zubair bin Awwam yang masuk Islam pada usia 15 tahun. Pada Thalhah bin Ubaidillah yang menjadi salah seorang tonggak utama berdirinya jamaah Islam di Mekkah. Pada Sa’ad bin Abi Waqqash yang masuk Islam pada usia 17 dan doanya di kabulkan oleh Allah. Pada Arqam bin Abi Arqam Al-Makhzumi yang tidak takut menyambut kedatangan Rasulullah padahal ia berasal dari Bani Hasyim saat usianya baru 16 tahun. Pada Ali bin Abu Thalib, Zaid bin Tsabit, Usamah bin Zaid dan tak lupa Muadz bin Amr bin Jamuh serta sohibnya Mu’awwidz bin Afra’. Ada banyak sekali teladan yang bisa di contoh, untuk menyadarkan pemuda tentang peran dan tugas mereka.
Dasar karakter pemuda dari para sahabat Rasulullah SAW adalah iman yang kuat, yang tergambar dalam ucapan, perbuatan dan sikap, Islam sejati yang tergambarkan dalam penyerahan secara totalitas terhadap hukum Allah, dan akhlaq hasanah, Allah swt banyak menyanjung para sahabat dalam Al-qur’an, diantaranya firman Allah : ” Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu Kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya Karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. QS Al Fath ayat : 29
Potensi pemuda itu dapat dikembangkan dalam bingkai Islam? Setidaknya mereka dituntut melaksanakan empat hal:
1.Memahami Islam dengan benar
Mustahil pemuda dapat memuliakan Islam kalau mereka sendiri tidak memahami Islam.
“Siapa yang dikehendaki Allah akan mendapat kebaikan, maka dipandaikan dalam agama.” [HR. Bukhari-Muslim]
2.Mengimani segenap ajaran Islam
Iman kepada Allah dan Rasul-Nya pada hakikatnya merupakan sebuah sikap mental patuh dan tunduk. Tunduk patuh berlandaskan cinta kepada-Nya dan ittiba’ (mengikuti) Rasul-Nya
3.Mengamalkan dan mendakwahkan Islam
Ciri orang yang tidak mengalami kerugian (khusrin) dalam hidup adalah senantiasa mengamalkan dan mendakwahkan Islam.
“Barangsiapa menyeru kepada kebaikan maka ia akan memperoleh pahala sepadan dengan orang yang mengerjakannya.” [HR.Muslim]
4.Sabar dan istiqomah di atas jalan Islam.
Keimanan harus dilanjutkan dengan kesabaran dan istiqomah.”Keyakinan dalam iman haruslah secara bulat dan kesabaran itu setengah dari iman.” [HR. Abu Nu’aim].

Wallahu a'lam bishshowab ....

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PERANAN PEMUDA ISLAM TERHADAP ZAMAN"

Post a Comment