Nabi
SAW menghampiri Aisyah dan kemudian berbaring terlentang dengan
berbantalkan pangkuannya, tampak sekali kemanjaan dan kasih sayang
beliau kepadanya. Sepertinya pada hari itu Rasulullah SAW sangat lelah
sehingga tidak lama berselang beliau telah tertidur. Aisyah memandangi
wajah beliau dengan kasih sayang dan kekaguman. Tanpa disadari jari
jemarinya mengurai jenggot Rasulullah SAW, dan Aisyah menemukan
sembilanbelas rambut jenggot yang telah memutih (beruban). Tiba-tiba
saja tersirat dalam hatinya, “Sesungguhnya beliau akan keluat dari dunia
(meninggal) sebelum aku, dan tinggallah umat Islam dalam keadaan tanpa
nabi!!”
Merasakan
kenyataan seperti itu, Aisyah jadi bersedih dan menangis, air matanya
mengalir ke pipi dan menetes jatuh mengenai wajah Rasulullah SAW
sehingga beliau terbangun. Dengan heran beliau bersabda, “Apa yang
membuatmu menangis, wahai Ummul Mukminin!!”
Aisyah
menceritakan perasaan sedih yang menghantui dirinya, dan Nabi SAW hanya
tersenyum mendengarnya. Beliau bersabda, “Wahai Aisyah, keadaan apakah
yang sangat menyusahkan bagi seseorang (yakni bagi ruhnya) ketika ia
menjadi mayat?”
Aisyah berkata, “Katakanlah padaku, ya Rasulullah!!”
Beliau berkata, “Engkau saja yang mengatakannya dahulu!!”
Aisyah
sejenak berfikir, kemudian ia berkata, “Tidak ada yang menyusahkan atas
diri mayit kecuali ketika ia diusung ke luar rumah menuju kuburnya,
anak-anak yang ditinggalkannya akan berduka dan berkata : Wahai ayah,
wahai ibu!! Begitu juga orang tuanya akan berkata : Wahai anakku, wahai
anakku!!”
Nabi SAW bersabda, “Hal itu memang terasa akan pedih, tetapi ada yang lebih pedih daripada itu!!”
Aisyah
berkata lagi, “Tidak ada yang lebih berat bagi mayit kecuali ketika ia
dimasukkan ke dalam liang lahad dan ia diurug di bawah tanah, anak dan
orang tuanya, kerabat dan kekasihnya akan meninggalkannya pulang. Mereka
membiarkannya sendirian beserta amal perbuatannya, menyerahkan
urusannya kepada Allah. Kemudian setelah itu datanglah malaikat Munkar
dan Nakir ke dalam kuburnya!!”
Beliau bersabda lagi, “Apa lagi yang lebih berat dari apa yang engkau katakan itu?”
Akhirnya Aisyah menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui!!”
Maka
Nabi SAW bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya saat yang paling berat
(paling menyedihkan) bagi mayat adalah ketika tukang memandikan masuk ke
dalam rumahnya untuk memandikan mayatnya….”
Kemudian
beliau menjelaskan lebih lanjut, bahwa ketika tukang memandikan itu
melepas cincin (atau perhiasan lainnya) dari tubuhnya, melepas pakaian
pengantin (atau pakaian lainnya) dari badannya, melepaskan sorban para
syaikh dan fuqoha dari kepalanya, ketika itulah sang ruh berseru saat
melihat tubuhnya yang telanjang, seruan yang bisa didengarkan oleh
seluruh mahluk kecuali jin dan manusia, “Wahai tukang memandikan, demi
Allah aku memohon kepadamu, agar engkau melepaskan pakaianku (dan
lain-lainnya) dengan pelan-pelan, karena sesungguhnya saat ini aku
tengah beristirahat dari sakitnya dikeluarkannya nyawaku oleh malaikat
maut!!”
Ketika
tukang memandikan menuangkan air ke mayatnya, sang ruh berteriak keras
dengan teriakan yang didengar oleh semua mahluk, kecuali jin dan
manusia, “Hai tukang memandikan, demi Allah, janganlah engkau menuangkan
air yang panas, jangan pula engkau tuangkan air yang terlalu dingin,
sesungguhnya jasadku telah terbakar saat dicabutnya nyawaku!!”
Ketika
tukang memandikan mulai menggosok tubuhnya, lagi-lagi sang ruh
berteriak, “Wahai tukang memandikan, demi Allah, janganlah memegang
tubuhku terlalu keras, sungguh jasadku telah terluka sebab keluarnya
nyawaku!!”
Ketika
selesai memandikan dan jasadnya diletakkan pada kain kafan, dan mulai
diikat di bawah kakinya, sang ruh berseru lagi, “Demi Allah wahai tukang
memandikan, janganlah engkau ikat terlalu erat pada kepalaku, agar
masih terlihat wajah-wajah keluargaku, anak-anakku, dan
kerabat-kerabatku lainnya. Karena saat ini terakhir kali aku bisa
melihat mereka, aku tidak akan melihatnya lagi hingga hari kiamat
tiba!!”
Ketika
dikeluarkan dari rumahnya dan diletakkan di dalam keranda, sang ruh
berseru lagi, “Demi Allah, wahai para pengantarku, janganlah
tergesa-gesa membawaku pergi sehingga aku berpamitan kepada rumahku,
keluargaku, kerabatku, dan harta-hartaku. Aku tinggalkan istriku menjadi
janda, anak-anakku menjadi yatim, karena itu janganlah kalian menyakiti
mereka. Biarkanlah aku sesaat untuk mendengarkan suara keluargaku,
anak-anakku, dan kerabat-kerabatku, karena aku akan berpisah hingga saat
kiamat tiba….!”
Ketika
kerandanya dipikul dan keluar tiga langkah dari rumahnya, lagi-lagi
sang ruh berseru, “Hai para kekasihku, saudara-saudaraku dan
anak-anakku, janganlah kalian terbujuk oleh dunia sebagaimana dunia
telah memperdaya aku!! Janganlah kalian dipermainkan oleh jaman
sebagaimana ia telah mempermainkan aku!! Ambillah ibarat (hikmah)
dariku!! Sesungguhnya aku meninggalkan untuk ahli warisku apa yang aku
kumpulkan, dan aku tidak membawa (manfaat) apapun dari dunia (harta)
yang kutinggalkan, bahkan Allah akan menghisabku. Engkau
bersenang-senang dengannya (harta peninggalanku itu) dan kalian tidak
mendoakan aku!!”
Sungguh
nasehat yang sangat berharga. Sayangnya, semua seruan dan teriakan ruh
tersebut yang bisa didengar oleh seluruh mahluk, ternyata jin dan
manusia tidak bisa mendengarnya. Padahal justru dua jenis mahluk itu
yang sebenarnya bisa memperoleh banyak manfaat dan pengajaran jika saja
bisa mendengar dan memahami seruan sang ruh.
Ketika
jenazahnya dishalatkan dan sebagian orang lainnya meninggalkan masjid
atau musholla, sang ruh berseru lagi, “Demi Allah, wahai
saudara-saudaraku, aku tahu bahwa orang mati akan dilupakan oleh
orang-orang yang masih hidup, akan tetapi janganlah kalian cepat-cepat
pulang sebelum kalian melihat tempat tinggalku. Sesungguhnya aku tahu
bahwa wajah mayat itu lebih dingin daripada air yang sangat dingin bagi
orang-orang yang masih hidup, tetapi janganlah kalian terlalu cepat
pulang meninggalkan aku sendirian!!”
Ketika
jenazahnya diletakkan di sisi kuburnya, dan kemudian diturunkan ke
liang lahad, sang ruh berseru untuk terakhir kalinya, “Demi Allah, wahai
saudara-saudaraku dan para pengantarku, sesungguhnya aku mendoakan
kalian semua tetapi mengapa kalian tidak mau mendoakan aku? Wahai ahli
warisku, tidaklah aku kumpulkan harta dunia kecuali aku tinggalkan untuk
kalian, maka ingatlah kalian kepadaku dan berbuatlah kebaikan. Setelah
aku mengajarkan kalian membaca al Qur’an dan tata krama (adab),
hendaklah kalian jangan lupa mendoakan aku!!”
0 Response to "Ketika Ruh Berpisah dengan Jasad "
Post a Comment